Bangun Sabaro, Diyah Ayuningtyas Ajak Anak Biasa Membaca
MALANG - Berawal dari keprihatinan maraknya penggunaan gadget di kalangan anak-anak, guru SD Muhammadiyah 9 Malang mendirikan sanggar baca di rumah pribadinya. Sanggar Baca Lesanpuro (Sabaro) awalnya hanya memiliki koleksi 70 buku.
Namun hampir 3 tahun berdiri, Sabaro kini memiliki 400 koleksi buku anak-anak yang bisa dimanfaatkan siswa sekitar rumahnya. Kegiatannya pun kini tidak hanya membaca, melainkan pelatihan komputer bagi warga sekitar.
Founder Sabaro, Diyah Ayuningtyas M. Pd, mengatakan, dari segi kegiatan sekarang ini semakin banyak. Sabaro selalu menganalisis kebutuhan masyarakat. Sehingga kegiatan yang dilakukan bisa tepat sasaran.
"Alhamdulillah, dukungan masyarakat penuh untuk kami, sangat kompak, para orang tua selalu menyarankan anaknya bermain di Sabaro," ujar Diyah, sapaan akrabnya.
Dengan hadirnya Sabaro di Lesanpuro, anak-anak kini bisa mengurangi aktivitasnya bermain handphone dan menggunakannya seperlunya. Bahkan mereka juga lebih patuh kepada orang tuanya agar memanfaatkan waktu luang di Sabaro.
Meski baru memiliki 400 koleksi buku, namun ia merasa senang. Sebab banyak perkembangan sejak berdirinya Sabaro, khususnya niat baca anak-anak semakin tinggi.
"Namun jumlah tersebut masih kurang jika kita ingin mendeklarasikan diri menjadi kampung literasi. Karena koleksi minimal 1000 buku," terang perempuan berhijab ini.
Meski banyak perubahan yang terjadi, bukan berarti tanpa halangan. Ada kalanya anak malas ke Sabaro dan memilih bermain gadget. Untuk itu Diyah bersama sang suami terus berupaya memberikan kegiatan yang menarik bahkan juga mengadakan kegiatan di momen tertentu.
Dilanjutkannya kegiatan rutin Sabaro antara lain senam pagi setiap Minggu khusus bagi para ibu dan remaja putri. Keterampilan untuk ibu-ibu satu bulan sekali, kegiatan ini hasil kerja sama dengan TP PKK. Kursus komputer setiap Sabtu bagi masyarakat yang membutuhkan.
"Ada juga English Class setiap Minggu, Assembly day setiap satu tahun sekali, kemudian kami juga ada kegiatan kolaborasi dengan lembaga di Malang Raya misalnya menggelar kegiatan permainan tradisional, busy book, pembuatan big book, pentas seni, bercocok tanam dan lain sebagainya," papar Diyah.
Kendala yang sering terjadi terkait sarana dan prasarana kurang memadai. Terutama saat kursus komputer, banyak peminatnya namun sebagian besar warga tidak memiliki komputer sementara Sabaro baru tersedia 5 unit.
"Kurangnya rak baca juga kendala tersendiri bagi kami, karena banyak buku yang akhirnya disimpan di dalam kardus," tandasnya. (lin/aim)